Menerapkan Nilai Trilogi Nusa Putra di Kehidupan Sehari-hari


                                Menerapkan Nilai Trilogi Nusa Putra di Kehidupan Sehari-hari




Hello Genusian !!!

Perkenalkan nama aku Citra Suci Lestari biasa dipanggil "icut", aku mahasiswa semester 2 Prodi Manajemen di Universitas Nusa Putra Sukabumi. 

Universitas Nusa Putra memiliki simbol "Little Step for Wide Vision," yang mencerminkan visi utama kampus untuk menciptakan manusia yang cerdas, kreatif, inovatif, serta religius dan tangguh demi masa depan dunia yang lebih baik.





Univeristas Nusa Putra juga memiliki Trilogi Nilai yaitu :
            1. Amor Deus         (Cinta Kepada Tuhan)
            2. Amor Parentium (Cinta kepada Orang Tua
            3. Amor Concervis (Cinta Kepada Sesama)                       




Didalam blogger ini aku akan menceritakan yang sesuai dengan Trilogi Universitas Nusa Putra.
Mari kita bahas lebih dalam mengenai Trilogi Nusa Putra ini yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 


1. Amor Deus (Cinta Kepada Tuhan)






Foto diatas adalah salah satu bentuk cinta kepada tuhan, itu adalah dokumentasi aku waktu lagi menghafal al-qur'an. Menghafal Al-Qur’an itu bukan cuma soal ingat teks doang. Lebih dari itu, ini adalah bentuk ibadah dan salah satu cara kita buat makin dekat sama Allah. 

Waktu kita ngulang-ulang ayat, sambil memahami maknanya, itu bukan cuma nambah hafalan, tapi juga nambah ketenangan hati. Dan yang penting, bacaannya juga harus sesuai dengan tajwid biar nggak asal-asalan. Cinta kepada Tuhan adalah bentuk tertinggi dari rasa kasih sayang, penghormatan, dan pengabdian manusia kepada Sang Pencipta. Cinta ini bersifat spiritual dan suci, melampaui cinta kepada makhluk atau dunia. Dalam hampir semua ajaran agama, cinta kepada Tuhan adalah fondasi utama dalam hubungan antara manusia dan Tuhan.

Dalam Islam, cinta kepada Allah (mahabbatullah) menjadi inti dari keimanan. Seorang hamba yang mencintai Allah akan tunduk pada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa mengingat-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Cinta ini tidak hanya diucapkan, tetapi dibuktikan melalui perbuatan, seperti menjalankan shalat, membaca Al-Qur’an, bersikap jujur, dan menyebarkan kebaikan. Cinta kepada Tuhan juga mengajarkan kerendahan hati. Manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki kehidupan, rezeki, ilmu, hingga keselamatan semua berasal dari Tuhan. Maka dari itu, cinta kepada-Nya mendorong manusia untuk bersyukur, bersabar, dan terus memperbaiki diri.


2. Amor Parentium (Cinta kepada Orang Tua)







Orang tua itu bisa dibilang "pahlawan tanpa tanda jasa" yang beneran nyata. Dari kita bayi sampai udah bisa jalan sendiri, mereka yang urusin semuanya dari begadang pas kita sakit, nyiapin makan, sampai kerja keras buat biaya sekolah. Pokoknya, mereka rela capek asal anaknya senang dan sehat.

Ibu biasanya identik dengan sosok yang lembut, penyayang, dan selalu ada buat dengerin curhat. Ayah, di sisi lain, sering keliatan lebih tegas, tapi sebenarnya hatinya juga lembut banget. Cuma kadang mereka nggak nunjukin langsung. Tapi percayalah, semua yang mereka lakukan pasti ada maksud baiknya buat kita. Kadang kita ngerasa orang tua bawel atau terlalu ngatur. Tapi kalau dipikir-pikir, itu semua karena mereka sayang dan nggak mau kita salah langkah. Mereka udah duluan ngalamin hidup, jadi pengen anaknya belajar dari pengalaman mereka, bukan dari kesalahan sendiri.

Cinta kepada orang tua adalah salah satu bentuk cinta paling mulia dan tulus dalam kehidupan manusia. Orang tua adalah sosok yang telah memberikan segalanya sejak awal kehidupan mereka merawat, mendidik, membimbing, dan berkorban tanpa mengharap imbalan apa pun. Maka, mencintai orang tua bukan hanya sebuah kewajiban moral, tetapi juga merupakan bentuk syukur dan penghargaan atas jasa-jasa mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, cinta kepada orang tua diwujudkan melalui sikap hormat, patuh, berbicara dengan lemah lembut, dan membantu mereka dalam kesulitan. Cinta itu juga tercermin dalam perhatian yang kita berikan, mendengarkan nasihat mereka, serta mendoakan mereka, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat. Tidak hanya itu, Islam juga mengajarkan agar kita tidak berkata kasar, bahkan sekadar berkata "ah" kepada mereka. Ini menunjukkan betapa besar penghormatan yang harus diberikan kepada orang tua. Cinta kepada orang tua juga penting dalam membentuk kepribadian yang baik. Anak yang mencintai dan menghormati orang tuanya cenderung tumbuh menjadi pribadi yang berempati, bertanggung jawab, dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Cinta ini menjadi dasar keharmonisan keluarga dan masyarakat.

Pada akhirnya, mencintai orang tua bukan hanya soal perasaan, tetapi tentang perbuatan nyata yang menunjukkan kepedulian, kesetiaan, dan penghormatan. Semakin kita menyadari besarnya pengorbanan mereka, semakin besar pula cinta dan rasa terima kasih yang seharusnya kita tunjukkan setiap hari.


3. Amor Concervis (Cinta Kepada Sesama)





Cinta kepada sesama adalah rasa kasih, kepedulian, dan empati yang kita tunjukkan kepada orang lain. Ini merupakan bagian penting dari kehidupan sosial, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang saling membutuhkan. Dengan saling mencintai dan peduli, terciptalah lingkungan yang harmonis, damai, dan saling menghargai. Cinta ini tidak hanya terlihat dalam bentuk besar, tetapi juga dalam hal-hal sederhana, seperti saling menolong, mendengarkan, menghibur, atau bahkan sekadar menyapa dengan ramah. Tindakan kecil yang lahir dari kepedulian bisa memberikan dampak besar bagi orang lain.

Cinta kepada sesama juga mencerminkan kepekaan terhadap penderitaan orang lain. Ketika seseorang mampu merasa iba, membantu mereka yang kesusahan, atau bersikap adil dan tidak menyakiti, itu menunjukkan bahwa cinta dan kemanusiaan masih hidup dalam dirinya. Cinta semacam ini mampu memutus rantai kebencian dan menggantinya dengan rasa saling memahami.





Teman itu bukan cuma orang yang duduk sebelahan di kelas atau nongkrong bareng di kantin. Lebih dari itu, teman adalah orang yang bisa bikin hari kita jadi lebih hidup. Mereka hadir di saat senang buat ketawa bareng, dan tetap ada di saat susah buat dengerin curhat tanpa nge-judge.

Ada teman yang cocok buat ngobrol receh, ada yang asik buat diskusi hal serius, bahkan ada juga yang diam-diam perhatian tapi nggak banyak ngomong. Tiap orang punya gaya berteman yang beda-beda, tapi satu hal yang sama: mereka bikin kita ngerasa nggak sendirian di dunia yang kadang ribet ini. Punya teman yang bisa kita percaya, bisa jadi diri sendiri di depan mereka, dan yang selalu dukung kita dari belakang itu udah lebih dari cukup.


Referensi:

https://nusaputra.ac.id/id/tentang/nilai-nilai-luhur/

Nusa Putra University. (2018). Trilogy Nusa Putra. Retrieved from https://nusaputra.ac.id/ 


Komentar